Sabtu, 01 Januari 2011

Membumikan Al-Qur'an

Islam adalah system hidup terbaik yang diberikan oleh Allah kepada manusia (innaddiina “indallaahil-Islam). Lantas bagaimana kita selaku penganutnya menjadikan Islam ini sebagai system hidup kita. Rasulullah Muhammad SAW mendakwahkan Islam dengan pendekatan hati dan akal manusia. Tidak ada sedikitpun hal-hal yang keluar dari rasa dan logika manusia sebagaimana kita melihat kehidupan dan dakwah Rasulullah SAW. Kita bisa melihat bahwa Kehidupan Rasulullah SAW adalah kehidupan yang sangat manusiawi. Oleh karena itu seluruh sisi kehidupannya adalah praktek hidup yang bisa kita tiru yang semestinya kita jadikan rujukan di dalam menjalani kehidupan kita. Jadi standar hidup seorang muslim adalah kehidupan Rasulullah SAW.

Bagaimana upaya kita untuk meng-Islamkan kehidupan kita, kehidupan keluarga kita, kehidupan masyarakat kita, terlebih kehidupan anak-anak kita sebagai penerus bangsa. Anak kita adalah amanah yang dititipkan oleh Allah untuk dididik dengan pendidikan Islam. Anak kita kita bisa menjadi fitnah, yang dapat menyengsarakan kehidupan kita dunia dan akhirat ketika kita salah mengarahkan kehidupannya.

Rasulullah SAW mengingatkan kita bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, orang tua sebagai lingkungan terdekatnya yang menjadikan mereka hidup seperti Yahudi, hidup seperti Nasrani, ataupun hidup seperti Majusi. (Kullu mauluudin yuuladu ‘alaifitrah, fa-abawaahu yuhawwidaanihi au yunasshiroonihi au yumajjisaanih).

Anak-anak kita memang dilahirkan dalam keadaan Islam, mengaku dirinya Islam, akan tetapi tidak sedikit kelakuannya adalah kelakuan Yahudi, sikap hdupnya adalah sikap hidup Nasrani, Penampilannya dalah penampilan Majusi. Kita tengok anak-anak kita pergaulannya, tutur katanya, gaya hidupnya, pakaiannya, terlampau jauh dari aturan-aturan Islam.

Hal paling dianggap biasa dalam kehidupan kita adalah pakaian anak-anak perempuan kita, mereka terbiasa dengan celana pendeknya, bahkan tidak sedikit mereka berani memakai celana yang sangat pendek. Anak-anak kita terbiasa dengan celana ketatnya bahkan sangat ketat, sehingga mereka berpakaian seperti tidak berpakaian. Padahal Rasululullah SAW telah mengingatkan kita, bahwa akan datang suatu masa dimana anak-anak perempuan berpakaian tapi hakikatnya tidak berpakaian, mereka berlenggak-lenggok menciptakan daya tarik bagi lawan jenisnya, orang seperti ini jangankan masuk ke dalam surga, mencium baunya saja tidak. Lantas ini menjadi tanggung jawab siapa? Tentu tanggung jawab kita selaku orang tuanya.

Belum lagi anak-anak kita, telah terkotori aqidahnya. Mereka takut setan, mereka takut hantu, karena dalam persepsinya setan dan hantu adalah makhluk menakutkan sebagaimana mereka lihat di film-film dan cerita horor. Padahal setan itu adanya pada hati manusia, mereka bersembunyi di hati manusia, mereka berbisik-bisik di hati manusia (min syarril waswasil khonnas alladzi yuwaswisu fii shuduurinnas), ayat ini tidak asing di telinga kita, bahkan anak TK pun hafal. Ini akibat apa? Kita sering berhenti membaca Al-Qur’an pada tataran pahala saja. Kita baca Al-Qur’an, kita yakin mendapatkan pahala, selesai. Padahal untuk itukan Al-Qur’an diturunkan? AL-QUR’AN ADALAH PETUNJUK YANG PALING LURUS (inna hadzal qur’an yahdi lillati hiya aqwam).

Mengakhiri khutbah singkat ini, khatib mengajak kita semua untuk senantisa meningkatkan iman dan taqwa kita dengan cara membenahi kehidupan kita, kehidupan anak-anak kita, kehidupan keluarga kita, masyarakat kita, dengan kehidupan Islam sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW. Kita tidak perlu belajar terbang, belajarlah membuat pesawat yang dapat mengajak orang lain terbang. Kita tidak perlu belajar berjalan menyebrang di atas air, belajarlah membuat perahu yang dapat menyebrangkan orang lain. Itulah secuil hikmah yang terkandung dalam ajaran Islam.

BAAROKALLOOHU LII WALAKUM ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar